RedaksiManado.Com - Adanya perubahan iklim dinilai oleh beberapa pihak sebagai ancaman yang lebih mematikan ketimbang Covid-19 untuk umat manusia. Hal ini menyebabkan semua kalangan mencoba untuk memberikan pandangannya terhadap masalah ini, tak terkecuali tokoh agama.
Adapun tokoh agama tersebut terdiri dari beberapa tokoh umat Kristiani dunia yang menyerukan kepada masyarakat dunia untuk bersatu dan bersiap menghadapi ancaman perubahan iklim. Seruan itu disampaikan melalui sebuah deklarasi bersama.
Mengutip Guardians, deklarasi yang dimotori pemimpin gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, pemimpin spiritual gereja Ortodoks, Patriark Ekumenis Bartholomew, dan uskup agung Anglikan, Justin Welby itu menyebutkan bahwa masyarakat dunia harus mulai mendengarkan tangisan Bumi dan orang-orang miskin.
"Ini adalah momen kritis. Masa depan anak-anak kita dan masa depan rumah kita bersama bergantung padanya," ujar deklarasi bersama, dikutip Sabtu (26/3/2022).
Mereka juga meminta agar seluruh masyarakat mulai peduli dengan kondisi dan situasi dunia saat ini dengan lebih bertanggung jawab atas kegiatan yang mereka lakukan. Untuk itu, ketiga tokoh Kristiani ini memohon agar masyarakat mau berkorban demi masa depan dunia.
"Dunia sudah menyaksikan konsekuensi dari penolakan kita untuk melindungi dan melestarikan. Sekarang, pada saat ini, kita memiliki kesempatan untuk bertobat, berbalik dalam tekad, menuju ke arah yang berlawanan. Kita harus mengejar kemurahan hati dan keadilan dalam cara kita hidup, bekerja dan menggunakan uang, bukan keuntungan egois," tambah mereka.
Sebelumnya, gema perubahan iklim sudah mulai disampaikan oleh beberapa tokoh dunia. Yang terbaru, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut bahwa dunia saat ini sedang dalam kondisi yang sangat parah. Ini disampaikan kepada para korban Badai Ida di New York.
"Kita harus mendengarkan para ilmuwan dan ekonom dan pakar keamanan nasional. Mereka semua memberi tahu kita ini kode merah," katanya.
Seruan ini pun semakin kuat dengan adanya bukti pada akhir Juli 2021 lalu, di mana sebanyak 14 ribu ilmuwan dunia menyebut bahwa Bumi saat ini mendekati titik kritis iklim yang sangat mengkhawatirkan.
Mengutip Al Jazeera, para peneliti itu menandatangani sebuah inisiatif yang menyebut bahwa negara-negara secara konsisten gagal mengatasi eksploitasi berlebihan terhadap Bumi, dimana mereka menggambarkannya sebagai akar penyebab krisis.
Selain itu, sebuah laporan dari Panel Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menemukan bahwa dunia mungkin memanas hingga 1,5°C pada awal 2030-an. Kenaikan ini disebut sangat mengancam negara-negara kepulauan di Samudera Pasifik, termasuk Indonesia.
Lebih lanjut, para peneliti ekologi dunia juga menyebut bahwa ada beberapa indikator perubahan iklim yang telah menembus batasan normal. Indikator tersebut yakni jumlah es yang mencair di kutub, kenaikan suhu permukaan laut, dan deforestasi.
Cara mencegah pemanasan global
Bukan hal yang mudah untuk mencegah terjadinya pemanasan global karena diperlukan kontribusi dan kerja sama masyarakat dunia untuk melakukannya. Oleh karena itu, harus ada kesadaran bersama untuk mulai mengubah kebiasaan sebagai cara mencegah pemanasan global.
Anda dapat melakukan upaya-upaya kecil berdampak besar yang akan membantu memperlambat terjadinya pemanasan global seperti menggunakan energi terbarukan, melestarikan hutan dengan melakukan penanaman pohon, serta melakukan daur ulang sampah **(Cb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar