RedaksiManado.Com - Rencana Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk segera melakukan migrasi dari TV analog ke TV digital pada 30 april nanti mendapat perhatian wakil rakyat. Wakil Ketua Komisi I DPR RI Bambang Kristiono meminta agar rencana itu ditunda menunggu pandemi reda.
“Sebaiknya ditunda saja dulu. Setidaknya sampai pandemi Covid-19 mereda. Banyak masyarakat di kalangan bawah lagi susah, menjerit karena berbagai pembatasan akibat lonjakan kasus Covid-19. Dampaknya terhadap penghasilan dan perekonomian mereka. Jangan menambah beban dan kesulitan rakyat dululah,” tegas Bambang
Bambang mengaku memahami tahap migrasi TV analog ke digital ini untuk menghemat penggunaan frekuensi, agar bisa dialihkan kepada layanan telekomunikasi, termasuk penyelenggaraan layanan 5G. Namun di sisi lain, rakyat juga dalam posisi susah dan menjerit.
“Tetapi pemerintah semestinya mempertimbangkan timing yang tepat. Rakyat kita lagi sudah,” tandas politisi senior itu.
Dia memaparkan, Kominfo akan melaksanakan Analog Switch Off (ASO) dengan tujuan untuk menata pita frekuensi 700 Mhz yang selama ini dipakai oleh penyelenggara TV analog. Untuk migrasi, diperlukan perangkat Set Top Box (STB) agar memudahkan masyarakat dalam mendapatkan siaran TV digital, jika TV yang mereka miliki masih berbentuk tabung atau TV analog.
Adapun harga STB yang diperlukan untuk TV tabung agar bisa mendapat siaran TV digital berkisar Rp195 ribu sampai Rp375 ribu. Jumlah itu bukan sesuatu yang kecil buat masyarakat kalangan bawah. Meski pun, Kemkominfo menyiapkan subsidi perangkat STB gratis bagi keluarga miskin. Namun Bambang menilai hal tersebut juga bukan solusi yang tepat.
Wakil Rakyat dapil NTB II ini menggarisbawahi komitmen dari penyelenggara multipleksing yang ingin membantu subsidi perangkat STB. Namun dia meragukan subsidi yang dijanjikan Kemkominfo bisa diberikan secara merata kepada seluruh keluarga miskin. Oleh karena itu, dia menyarankan agar Kominfo lebih fokus terhadap sosialisasi kepada masyarakat mengenai migrasi TV analog ke digital. Karena banyak masyarakat tidak paham dengan wacana ini. **(16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar