Akhir-akhir ini beredar pemberitaan di beberapa media online hasil survei dari salah satu Paslon yang mengklaim sudah menang, namun sayang diduga hasil survei tersebut sengaja dibuat buat untuk meyakinkan dan mempengaruhi para pemilih melalui hasil survei tersebut.
Beberapa tokoh masyarakat angkat bicara terkait hal ini. Jack warga Paslaten Satu, kepada media ini melalui pesan WA(24/11) mengomentari dengan mengatakan, Survei seperti ini yang cuma for kase Kabur aer.
"Metode apapun yang mereka pakai, hasilnya kedepan tidak akan pernah mendekati malah akan lebih jauh dari hasil akhir tanggal 9 Desember. Selama responden hanya 100 orang / kecamatan, Contohnya Tomohon Utara 10 kelurahan jadi 100/10= 10. Jadi 10 responden ini yang mewakili / menggambarkan kekuatan Paslon yang ada di kelurahan tersebut,"ujarnya sambil terheran-heran dengan hasil survei tersebut.
Lanjutnya, "Strategi dari Tim Pemenangan dan Penampilan masing-masing Calon dalam 3x debat juga sangat mempengaruhi hasil akhir, jadi bukan Survei. Menurut saya Survei itu hanya sebagai Bahan Evaluasi dan sebagai bahan untuk pengalihan Issue bukan sebagai penjamin Kemenangan. Jadi Kesimpulannya dengan hasil survei ini kemenangan sudah di depan mata walaupun itu hanya surga telinga,"pungkasnya.
Hal senada disampikan Raymond Warga Tomohon selatan, yang langsung membantah melihat hasil survey tersebut. "Iya, survei ini memang kelihatan sengaja dibuat-buat. mereka membuat survei dengan hanya 100 responden, dan langsung mengklaim jika pemilihan dilakukan hari ini, maka Paslon merekalah yang berhak memenangkan Pilkada Tomohon 2020. Ini namanya pembohongan publik, dan ini sudah yang kedua kalinya survei seperti ini mereka lakukan. karena nyatanya masyarakat sangat puas dengan pemerintahan saat ini dan masih ingin agar program-program tangguh masih bisa dirasakan dan diteruskan oleh pemimpin terpilih selanjutnya,"Ujarnya membantah hasil survei tersebut.
Saat ini masyarakat harus lebih pintar dalam menanggapi hasil survei dan jangan langsung percaya dengan hasil tersebut. Latar belakang orang-orang di survei itu, termasuk juga track record lembaga surveinya, harus dilihat apakah orang-orang yang terlibat di situ ada academic background yang memadai.
Masyarakat juga perlu melihat apakah lembaga survei ini rutin dalam mengeluarkan riset studinya. Sehingga apabila keluar hanya musiman saja, maka itu patut diduga survey abal-abal dan hanya digunakan sebagai alat kampanye politik saja.(red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar