TOMOHON, RMC - Orang tanpa gejala (OTG) masih menjadi masalah / Penyebab utama dalam pengendalian virus corona gelombang kedua di Wuhan, China negara pertama berkembangnya pandemi terbesardidunia ini
Kasus covid-19 baru di Wuhan kembali eksis setelah China menyatakan tanpa kasus baru selama dua pekan. Saat otoritas kesehatan setempat memerintahkan pengujian asam nukleat bagi seluruh kota dalam periode 10 hari untuk mencegah gelombang kedua penyebaran wabah, pasien tanpa gejala (OTG) muncul ke permukaan.
Penularan kasus baru di Wuhan, terhadap enam orang di lingkungan yang sama, diduga diawali dari seorang pria lanjut usia yang melakukan pengobatan mandiri. Pada akhir Maret orang tersebut tidak menunjukkan gejala, namun pada awal bulan dokter menyatakan ia positif covid-19.
Pelacakan kontak terhadap warga lingkungan terkait pun dilakukan dengan hasil lusinan kasus tanpa gejala yang kemudian di karantina. "Infeksi pada tingkat komunitas di kota belum bisa dihilangkan, ini menjadi tantangan mencegah orang tanpa gejala menulari orang lain," tulis editorial China Daily dikutip dari Straits Times.
Sementara seorang profesor kedokteran di unit Kesehatan Global dan Kesehatan Lingkungan di Universitas Duke di Amerika Serikat, Dr Gregory C. Lane, menggambarkan pasien tanpa gejala sebagai masalah utama bagi dokter yang menghadapi covid-19.
"Pengujian massal akan membantu mengidentifikasi infeksi, itu perlu diulang secara berkala dan membutuhkan dana besar serta cukup sulit untuk dipertahankan," kata Lane.
"Saya tidak melihat solusi mudah dan murah untuk menghentikan penularan singkat dari program vaksin massal yang juga mungkin perlu diulang setiap beberapa tahun untuk mempertahankan kekebalan," sambungnya.
Masalah lain yang sedang dihadapi Wuhan dalam memerangi Covid-19 adalah kapasitas untuk pengujian karena 53 laboratorium dan 211 klinik hanya dapat memproses 46 ribu sampel per hari, jauh dari target pengujian seluruh populasi yang hampir menyentuh angka satu juta per hari. (Red/CN)
Kasus covid-19 baru di Wuhan kembali eksis setelah China menyatakan tanpa kasus baru selama dua pekan. Saat otoritas kesehatan setempat memerintahkan pengujian asam nukleat bagi seluruh kota dalam periode 10 hari untuk mencegah gelombang kedua penyebaran wabah, pasien tanpa gejala (OTG) muncul ke permukaan.
Penularan kasus baru di Wuhan, terhadap enam orang di lingkungan yang sama, diduga diawali dari seorang pria lanjut usia yang melakukan pengobatan mandiri. Pada akhir Maret orang tersebut tidak menunjukkan gejala, namun pada awal bulan dokter menyatakan ia positif covid-19.
Pelacakan kontak terhadap warga lingkungan terkait pun dilakukan dengan hasil lusinan kasus tanpa gejala yang kemudian di karantina. "Infeksi pada tingkat komunitas di kota belum bisa dihilangkan, ini menjadi tantangan mencegah orang tanpa gejala menulari orang lain," tulis editorial China Daily dikutip dari Straits Times.
Sementara seorang profesor kedokteran di unit Kesehatan Global dan Kesehatan Lingkungan di Universitas Duke di Amerika Serikat, Dr Gregory C. Lane, menggambarkan pasien tanpa gejala sebagai masalah utama bagi dokter yang menghadapi covid-19.
"Pengujian massal akan membantu mengidentifikasi infeksi, itu perlu diulang secara berkala dan membutuhkan dana besar serta cukup sulit untuk dipertahankan," kata Lane.
"Saya tidak melihat solusi mudah dan murah untuk menghentikan penularan singkat dari program vaksin massal yang juga mungkin perlu diulang setiap beberapa tahun untuk mempertahankan kekebalan," sambungnya.
Masalah lain yang sedang dihadapi Wuhan dalam memerangi Covid-19 adalah kapasitas untuk pengujian karena 53 laboratorium dan 211 klinik hanya dapat memproses 46 ribu sampel per hari, jauh dari target pengujian seluruh populasi yang hampir menyentuh angka satu juta per hari. (Red/CN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar