RedaksiManado.Com -- Timnas Spanyol bakal meladeni Rusia pada babak 16 besar Piala Dunia 2018 dengan catatan buruk. Meski memuncaki klasemen Grup B, La Furia Roja cukup kesulitan melakoni fase grup.
Padahal, di grup tersebut bukan termasuk yang paling berat dihuni oleh Portugal, Iran, dan Maroko. Faktanya, Spanyol hanya menang sekali dari Iran. Pada sisa laga lainnya, Tim Matador hanya bermain imbang menghadapi Portugal dengan skor 3-3, dan ditahan Maroko 2-2. Kemenangan 1-0 atas Iran pun mereka raih dengan susah payah. Andres Iniesta dan kawan-kawan tampil kurang greget dalam membongkar pertahanan Iran.
Sebagai tim juara Piala Dunia 2010 dan memiliki kiper serta bek kelas dunia, kebobolan lima gol merupakan sedikit cacat bagi kekuatan mereka. David De Gea yang dipuja-puja menjaga gawang Manchester United, tampil rapuh di bawah mistar gawang timnas Spanyol tak ubahnya kiper yang kurang berpengalaman.
Celakanya lagi, De Gea belum bisa pulih sepenuhnya dari penyakit blunder kambuhan. Tengok saja saat Spanyol ditahan imbang Portugal 3-3, salah satu gol Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan tercipta akibat blunder 27 tahun itu.
De Gea melakukan kesalahan fatal saat mencoba menyetop tendangan datar Ronaldo dari luar kotak penalti. Bola yang bergulir tidak terlalu kencang itu malah melejit setelah coba ditangkan De Gea.
Posisi dan kuda-kuda kiper tersebut salah sehingga tak mampu menyetop dan mengontrol bola dengan baik. Satu kesalahan De Gea itu pun membuat Ronaldo merajalela dan mencetak hattrick pada laga tersebut.
De Gea juga sebenarnya melakukan kesalahan, terutama dalam penempatan posisi ketika Spanyol ditahan imbang Maroko. Ia hanya terpaku melihat tendangan gelandang Maroko, Nordin Amrabat, dari luar kotak penalti.
Beruntung, Spanyol masih bisa 'diselamatkan' tiang gawang mereka sendiri. Bola tendangan Amrabat masih membentur tiang dan De Gea hanya bisa menyaksikan peluang emas tim lawannya itu. Bisa jadi anekdot yang berkembang di antara para penggemar Manchester United bahwa 'genetik' De Gea hanya untuk Setan Merah, bukan sekadar guyonan belaka.
Spanyol juga masih memiliki masalah di lini belakang. Salah satu sorotan tajam tertuju kepada duet bek tengah Sergio Ramos dan Gerard Pique. Dua rekan setim tapi rival di kompetisi Spanyol tersebut belum juga menunjukkan keharmonisannya di Tim Matador. Ramos dan Pique kerap salah koordinasi dalam mengantisipasi serangan tim lawan yang langsung menusuk ke pertahanan Spanyol.
Ramos tentu menjadi bek yang paling bebal dibandingkan Pique. Salah satu contoh nyata ketika ia melakukan kesalahan yang berbuah gol untuk Maroko. Bek Real Madrid itu tak siap menerima operan pendek dari Andres Iniesta dan membiarkan penyerang Maroko, Khalid Boutaib, menyambar umpan tersebut.
Pique yang menjadi duet Ramos pun bukan menjadi pelapis ketika rekannya itu melakukan kesalahan. Posisinya terlalu jauh untuk mengejar Boutaib yang sudah tak mungkin lagi dikejar Ramos. Dengan mudah pemain Maroko itu pun menceploskan bola ke gawang De Gea.
Ramos juga kerap terlambat kembali ke pos pertahanannya usai maju membantu lini depan Spanyol untuk menyerang tim lawan. Kelalaiannya itu yang bisa dimanfaatkan tim lawan melalui serangan balik cepat.
Rusia sendiri sebenarnya bukan lawan yang memiliki kekuatan istimewa selain faktor motivasi sebagai tuan rumah. Meski demikian, tim Beruang Merah itu punya winger-winger cepat macam Denis Cheryshev dan Aleksandr Samedov, yang amat berhaya ketika melancarkan serangan balik dari sayap.
Rusia juga punya dua bek sayap dengan umpan-umpan silang berbahaya seperti Mario Fernandos dan Yuri Zhirkov. Dua pemain itu kerap membantu serangan Rusia dari sisi sayap. Jika Spanyol masih memiliki masalah dalam koordinasi lini belakang dan penampilan De Gea belum konsisten, bukan tidak mungkin mereka bakal dikecundangi Rusia. (bac)
Padahal, di grup tersebut bukan termasuk yang paling berat dihuni oleh Portugal, Iran, dan Maroko. Faktanya, Spanyol hanya menang sekali dari Iran. Pada sisa laga lainnya, Tim Matador hanya bermain imbang menghadapi Portugal dengan skor 3-3, dan ditahan Maroko 2-2. Kemenangan 1-0 atas Iran pun mereka raih dengan susah payah. Andres Iniesta dan kawan-kawan tampil kurang greget dalam membongkar pertahanan Iran.
Sebagai tim juara Piala Dunia 2010 dan memiliki kiper serta bek kelas dunia, kebobolan lima gol merupakan sedikit cacat bagi kekuatan mereka. David De Gea yang dipuja-puja menjaga gawang Manchester United, tampil rapuh di bawah mistar gawang timnas Spanyol tak ubahnya kiper yang kurang berpengalaman.
Celakanya lagi, De Gea belum bisa pulih sepenuhnya dari penyakit blunder kambuhan. Tengok saja saat Spanyol ditahan imbang Portugal 3-3, salah satu gol Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan tercipta akibat blunder 27 tahun itu.
De Gea melakukan kesalahan fatal saat mencoba menyetop tendangan datar Ronaldo dari luar kotak penalti. Bola yang bergulir tidak terlalu kencang itu malah melejit setelah coba ditangkan De Gea.
Posisi dan kuda-kuda kiper tersebut salah sehingga tak mampu menyetop dan mengontrol bola dengan baik. Satu kesalahan De Gea itu pun membuat Ronaldo merajalela dan mencetak hattrick pada laga tersebut.
De Gea juga sebenarnya melakukan kesalahan, terutama dalam penempatan posisi ketika Spanyol ditahan imbang Maroko. Ia hanya terpaku melihat tendangan gelandang Maroko, Nordin Amrabat, dari luar kotak penalti.
Beruntung, Spanyol masih bisa 'diselamatkan' tiang gawang mereka sendiri. Bola tendangan Amrabat masih membentur tiang dan De Gea hanya bisa menyaksikan peluang emas tim lawannya itu. Bisa jadi anekdot yang berkembang di antara para penggemar Manchester United bahwa 'genetik' De Gea hanya untuk Setan Merah, bukan sekadar guyonan belaka.
Spanyol juga masih memiliki masalah di lini belakang. Salah satu sorotan tajam tertuju kepada duet bek tengah Sergio Ramos dan Gerard Pique. Dua rekan setim tapi rival di kompetisi Spanyol tersebut belum juga menunjukkan keharmonisannya di Tim Matador. Ramos dan Pique kerap salah koordinasi dalam mengantisipasi serangan tim lawan yang langsung menusuk ke pertahanan Spanyol.
Ramos tentu menjadi bek yang paling bebal dibandingkan Pique. Salah satu contoh nyata ketika ia melakukan kesalahan yang berbuah gol untuk Maroko. Bek Real Madrid itu tak siap menerima operan pendek dari Andres Iniesta dan membiarkan penyerang Maroko, Khalid Boutaib, menyambar umpan tersebut.
Pique yang menjadi duet Ramos pun bukan menjadi pelapis ketika rekannya itu melakukan kesalahan. Posisinya terlalu jauh untuk mengejar Boutaib yang sudah tak mungkin lagi dikejar Ramos. Dengan mudah pemain Maroko itu pun menceploskan bola ke gawang De Gea.
Ramos juga kerap terlambat kembali ke pos pertahanannya usai maju membantu lini depan Spanyol untuk menyerang tim lawan. Kelalaiannya itu yang bisa dimanfaatkan tim lawan melalui serangan balik cepat.
Rusia sendiri sebenarnya bukan lawan yang memiliki kekuatan istimewa selain faktor motivasi sebagai tuan rumah. Meski demikian, tim Beruang Merah itu punya winger-winger cepat macam Denis Cheryshev dan Aleksandr Samedov, yang amat berhaya ketika melancarkan serangan balik dari sayap.
Rusia juga punya dua bek sayap dengan umpan-umpan silang berbahaya seperti Mario Fernandos dan Yuri Zhirkov. Dua pemain itu kerap membantu serangan Rusia dari sisi sayap. Jika Spanyol masih memiliki masalah dalam koordinasi lini belakang dan penampilan De Gea belum konsisten, bukan tidak mungkin mereka bakal dikecundangi Rusia. (bac)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar