RedaksiManado.Com -- Grab secara resmi mengumumkan bahwa pendapatan tahunan layanan transportasi ini mencapai US$1 mliar (Rp13,9 triliun). Hal ini diungkap President Grab Ming Maa dalam wawancaranya dengan kantor berita China Yicai.
"Grab adalah perusahaan teknologi transportasi pertama di Asia Tenggara yang mencapai pendapatan tahunan US$1 miliar," terangnya. Saat ini Grab tercatat memiliki 100 juta unduhan aplikasi dan lebih dari 6 juta pesanan harian, seperti ditulis Deal Street Asia.
Terus investasi
Meski demikian, Maa menyebut bahwa Grab tidak berencana untuk balik modal sekarang. Maa menyebut bahwa perusahaan itu masih akan terus menitikberatkan investasi mereka di layanan finansial dan masih belum mempertimbangkan untuk mencetak keuntungan.
Perusahaan layanan ride-hailing di Asia Tenggara dan diseluruh dunia seperti diketahui masih belum ada yang menuai keuntungan. Ketatnya persaingan, membuat Grab dan para kompetitornya terus menerus bagi-bagi diskon dan promosi untuk mempertahankan pelanggan, sehingga berimbas pada tipisnya margin keuntungan mereka.
Sepanjang Juni 2017 hingga Juni 2018, Grab terus mengekspansi kota-kota baru di Asia Tenggara. Tercatat perusahaan tersebut telah melahap 162 kota baru di regional. "Tahun ini akan menjadi tahun yang penting bagi industri ride-hailing dan akuisisi terhadap operasional Uber di Asia Tenggara akan membuat kami lebih unggul ketimbang kompetitor di regional ini," tandasnya, seperti dikutip Kr-Asia.
Grab optimis layanan ride-sharing di kawasan Asia Tenggara menjanjikan. Sebab, masih rendahnya kepemilikan mobil pribadi di wilayah ini serta layanan transportasi publik yang masih belum tertata baik.
Selain itu, pasar Asia Tenggara dengan 600 juta penduduk dan penetrasi internet yang diperkirakan akan menyentuh nilai lebih dari US$200 miliar pada 2025.
Pendanaan baru
Awal bulan lalu, Grab juga dilaporkan tengah dalam perbincangan untuk mendapat pendanaan baru sebesar US$1 miliar (Rp13 triliun). Pendanaan ini bisa meroketkan valuasi Grab hingga US$10 miliar (Rp139,5 triliun).
Jika berhasil, pendanaan ini akan menjadi pelepasan saham Grab kedelapan kalinya sejak pertama kali berdiri pada 2012.
Sebelumnya, pada Juni 2017 Grab mendapat pendanaan US$2,5 miliar (Rp34,8 triliun) dari Didi Chuxing dan SoftBank Group. Pendanaan ini tercatat sebagai pendanaan terbesar di Asia Tenggara yang diperoleh dalam satu putaran pendanaan. Pendanaan ini pun meningkatkan valuasi Grab ke angka US$6 miliar (Rp83,7 triliun).
Di sisi lain, Gojek dikabarkan akan mendapat pendanaan segar lain dari para investornya saat ini sebesar US$1 miliar untuk menyaingi Grab dengan memperluas pasarnya di Asia Tenggara.
Selain itu, Grab meluncurkan divisi inovasi yang dinamakan Grab Ventures. Perusahaan ini akan berinvestasi pada perusahaan startup lain seperti mobilitas, fintech, logistik, dan teknologi makanan.
Sebelumnya, Grab juga sudah mengakuisisi beberapa perusahaan fintech Kudo asal Indonesia, iKaaz di India, dan Cargo yang memberikan pilihan kepada pengemudi untuk memperoleh pendapatan tambahan dengan berjualan di dalam mobil. (Red/CN)
Terus investasi
Meski demikian, Maa menyebut bahwa Grab tidak berencana untuk balik modal sekarang. Maa menyebut bahwa perusahaan itu masih akan terus menitikberatkan investasi mereka di layanan finansial dan masih belum mempertimbangkan untuk mencetak keuntungan.
Perusahaan layanan ride-hailing di Asia Tenggara dan diseluruh dunia seperti diketahui masih belum ada yang menuai keuntungan. Ketatnya persaingan, membuat Grab dan para kompetitornya terus menerus bagi-bagi diskon dan promosi untuk mempertahankan pelanggan, sehingga berimbas pada tipisnya margin keuntungan mereka.
Sepanjang Juni 2017 hingga Juni 2018, Grab terus mengekspansi kota-kota baru di Asia Tenggara. Tercatat perusahaan tersebut telah melahap 162 kota baru di regional. "Tahun ini akan menjadi tahun yang penting bagi industri ride-hailing dan akuisisi terhadap operasional Uber di Asia Tenggara akan membuat kami lebih unggul ketimbang kompetitor di regional ini," tandasnya, seperti dikutip Kr-Asia.
Grab optimis layanan ride-sharing di kawasan Asia Tenggara menjanjikan. Sebab, masih rendahnya kepemilikan mobil pribadi di wilayah ini serta layanan transportasi publik yang masih belum tertata baik.
Selain itu, pasar Asia Tenggara dengan 600 juta penduduk dan penetrasi internet yang diperkirakan akan menyentuh nilai lebih dari US$200 miliar pada 2025.
Pendanaan baru
Awal bulan lalu, Grab juga dilaporkan tengah dalam perbincangan untuk mendapat pendanaan baru sebesar US$1 miliar (Rp13 triliun). Pendanaan ini bisa meroketkan valuasi Grab hingga US$10 miliar (Rp139,5 triliun).
Jika berhasil, pendanaan ini akan menjadi pelepasan saham Grab kedelapan kalinya sejak pertama kali berdiri pada 2012.
Sebelumnya, pada Juni 2017 Grab mendapat pendanaan US$2,5 miliar (Rp34,8 triliun) dari Didi Chuxing dan SoftBank Group. Pendanaan ini tercatat sebagai pendanaan terbesar di Asia Tenggara yang diperoleh dalam satu putaran pendanaan. Pendanaan ini pun meningkatkan valuasi Grab ke angka US$6 miliar (Rp83,7 triliun).
Di sisi lain, Gojek dikabarkan akan mendapat pendanaan segar lain dari para investornya saat ini sebesar US$1 miliar untuk menyaingi Grab dengan memperluas pasarnya di Asia Tenggara.
Selain itu, Grab meluncurkan divisi inovasi yang dinamakan Grab Ventures. Perusahaan ini akan berinvestasi pada perusahaan startup lain seperti mobilitas, fintech, logistik, dan teknologi makanan.
Sebelumnya, Grab juga sudah mengakuisisi beberapa perusahaan fintech Kudo asal Indonesia, iKaaz di India, dan Cargo yang memberikan pilihan kepada pengemudi untuk memperoleh pendapatan tambahan dengan berjualan di dalam mobil. (Red/CN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar