SURABAYA, RedaksiManado.Com - Ledakan bom di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro, Surabaya, diduga terjadi akibat bom bunuh diri yang dilakukan seorang perempuan di area parkir dekat gereja.
Berdasarkan laporan Korespoden CNNIndonesia TV Muhammad Walid, ledakan bom di gereja tersebut menewaskan seorang perempuan yang diduga pelaku bom bunuh diri, dan dua orang anak. Namun belum diketahui apakah kedua anak tersebut memiliki hubungan dengan terduga pelaku perempuan atau tidak.
"Ledakan terjadi sekitar pukul 07.00 saat jemaat melakukam misa, bom meledak di area parkir motor. Diduga perempuan itu pelaku, belum tahu apa membawa anak, atau korban orang lain," ujarnya setelah mendapat keterangan dari pihak kepolisian, Minggu (13/5).
Sampai saat ini, masih ada bom lain yang belum meledak di lokasi kejadian, dan sedang dijinakkan oleh petugas kepolisian.
Ledakan yang diduga berasal dari bom bunuh diri terjadi di tiga tempat saat jemaat melakukan ibadah, yakni di depan Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel utara, GKI Diponegoro, dan Gerega Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Sawahan di Jalan Arjuno, Surabaya. Peristiwa terjadi sekitar pukul 07.00 dengan selisih waktu hanya sekitar lima menit.
Komisaris Besar Polda Jawa Timur Frans Barung Mangera mengatakan kronologi ledakan bom tiga tempat itu ialah pelaku menyamar menjadi jemaat gereja, kemudian meledakkan dirinya sendiri hingga mengenai sejumlah korban.
"Pelaku pura-pura ingin masuk gereja, tapi kenyataannya mereka melakukan seperti itu," ujarnya, Minggu (13/5).
Pengamat Terorisme Harits Abu Ulya menilai serangan ini terorganisir dengan baik, mencermati ada selisih waktu antara tiga tempat kejadian yang hanya sekitar lima menit. Menurut dia, hari Ahad dimanfaatkan menjadi momentum yang mudah. Modus pelaku pura-pura ingin mengikuti misa, dengan plot yang sama yakni serangan bunuh diri.
"Kasus Mako Brimob jadi energi mereka gerak lebih cepat. Para wanita yang bergerak, intuisi saya para janda," ungkapnya. (Red/CNN)
Berdasarkan laporan Korespoden CNNIndonesia TV Muhammad Walid, ledakan bom di gereja tersebut menewaskan seorang perempuan yang diduga pelaku bom bunuh diri, dan dua orang anak. Namun belum diketahui apakah kedua anak tersebut memiliki hubungan dengan terduga pelaku perempuan atau tidak.
"Ledakan terjadi sekitar pukul 07.00 saat jemaat melakukam misa, bom meledak di area parkir motor. Diduga perempuan itu pelaku, belum tahu apa membawa anak, atau korban orang lain," ujarnya setelah mendapat keterangan dari pihak kepolisian, Minggu (13/5).
Sampai saat ini, masih ada bom lain yang belum meledak di lokasi kejadian, dan sedang dijinakkan oleh petugas kepolisian.
Ledakan yang diduga berasal dari bom bunuh diri terjadi di tiga tempat saat jemaat melakukan ibadah, yakni di depan Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel utara, GKI Diponegoro, dan Gerega Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Sawahan di Jalan Arjuno, Surabaya. Peristiwa terjadi sekitar pukul 07.00 dengan selisih waktu hanya sekitar lima menit.
Komisaris Besar Polda Jawa Timur Frans Barung Mangera mengatakan kronologi ledakan bom tiga tempat itu ialah pelaku menyamar menjadi jemaat gereja, kemudian meledakkan dirinya sendiri hingga mengenai sejumlah korban.
"Pelaku pura-pura ingin masuk gereja, tapi kenyataannya mereka melakukan seperti itu," ujarnya, Minggu (13/5).
Pengamat Terorisme Harits Abu Ulya menilai serangan ini terorganisir dengan baik, mencermati ada selisih waktu antara tiga tempat kejadian yang hanya sekitar lima menit. Menurut dia, hari Ahad dimanfaatkan menjadi momentum yang mudah. Modus pelaku pura-pura ingin mengikuti misa, dengan plot yang sama yakni serangan bunuh diri.
"Kasus Mako Brimob jadi energi mereka gerak lebih cepat. Para wanita yang bergerak, intuisi saya para janda," ungkapnya. (Red/CNN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar