» » » Tahun Politik, Negara Garis Pantai Terpanjang Kedua di Dunia Impor Garam!

JAKARTA, RedaksiManado.Com -- Indonesia adalah salah satu negara pemilik garis pantai terpanjang di dunia. Namun, hal itu tak membuat Indonesia jadi produsen garam yang diperhitungkan dunia. Bahkan, impor garam masih terjadi.
 
Berdasarkan hasil rapat koordinasi terbatas yang digelar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Pemerintah menetapkan kuota impor garam untuk keperluan industri sebesar 3,7 juta ton pada 2018. Gelombang reaksi keras soal kebijakan impor pemerintah semakin menguat, apalagi soal kebijakan impor beras masih jadi tanda tanya.
 
Mardani Ali Sera, turut mengecam kebijakan impor garam Pemerintah. “Mendekati Pilkada & Pemilu (Tahun Politik) jadi musim impor. Ada berapa selisih keuntungan dari impor? Nalar kembali hilang ketika negara dgn garis pantai terpanjang melakukan impor garam,” sindirnya di akun Twitter @MardaniAliSera.

Sindiran tak kalah pedas dilontarkan Anggota Ombudsman RI, Alvin Lie. “Kapan kita Impor Menteri?” tulis Alvin Lie di akun @alvinlie21, menanggapi tulisan bertajuk “Pemerintah Siap Mengimpor Garam 3,7 Juta Ton”

Diberitakan sebelumnya, Pemerintah menetapkan kuota impor garam untuk keperluan industri sebesar 3,7 juta ton pada 2018.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, menjelaskan, secara aturan impor garam industri membutuhkan rekomendasi Menteri Kelautan dan Perikanan. Menurut Darmin, saat ini Indonesia belum mampu memproduksi garam industri. Akan tetapi, timbul masalah karena data kebutuhan garam industri justru dimiliki oleh Kementerian Perindustrian.

Impor Sengsarakan Petani

Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin menjelaskan, impor garam industri 3,7 juta ton akan merugikan petani kecil. Alasannya, jatah penyerapan garam rakyat hanya 700 ribu ton, sementara saat normal produksinya bisa mencapai 2 juta ton, sehingga ada sisa 1,3 juta ton.

"Mau kemana lagi jual 1,3 juta ton, karena kebutuhan garam sudah dipenuhi dari impor. Bisa-bisa tidak laku garamnya. Akhirnya karena petani butuh makan, berapapun harganya dijual, ditukar sama beras saja mau," dia mengatakan.

Menurut Jakfar, awal bulan ini harga jual garam rakyat sebesar Rp 2.900 per kg. Harga tersebut sudah bergerak turun Rp 300 per kg menjadi Rp 2.600 per kg.

"Kalau garam jadi datang ke Surabaya akhir bulan ini, harga garam bisa turun lagi ke Rp 1.500 per kg. Kalau datang semuanya 3,7 juta ton, bisa tidak laku garam lokal, siapa yang mau beli, wong harga garam impor lebih murah," tuturnya.
 

Kongkalikong



Jakfar menuturkan, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi garam rakyat pada 2015 sebanyak 2,9 juta ton. Selanjutnya pada 2016, panen garam hanya sekitar 144 ribu ton akibat gagal panen. Jumlah produksi 2,9 juta ton garam rakyat di 2015 terjadi surplus sehingga tidak habis diserap pada 2015-2016.

Jakfar menambahkan, produksi garam rakyat terjadi di semester II-2015 untuk mencukupi kebutuhan semester II-2015 dan semester I-2016. "Ada surplus ditambah dengan produksi 144 ribu ton, jadi garam hanya sampai di Januari 2017 habis. Terjadilah kekurangan garam di 2017 karena 2016 gagal panen," dia menerangkan.

Menurutnya, rata-rata normal panen garam rakyat sekitar 2 juta ton dan setiap tahun seluruhnya terserap. Artinya ada industri yang bisa dipenuhi oleh produksi garam rakyat lokal, selain konsumsi 700 ribu ton.

"Tahun ini produksi garam rakyat 2017 sekitar 1,4 juta ton, dan kebutuhannya 1,8 juta ton, berarti ada kekurangan pasokan 400 ribu ton. Tapi ini malah impor 3,7 juta ton, jadi menurut saya ada kongkalikong atau permainan data sehingga semuanya diberikan izin impor garam industri," papar Jakfar.

Dengan impor 3,7 juta ton tersebut, dia memperkirakan akan ada perembesan garam industri impor untuk garam konsumsi masyarakat. "Pasti ini merembes ke konsumsi. Kecuali Asahimas, tidak mungkin untuk konsumsi," ujarnya. (Red/L6)
 

Redaksi Manado 2017 , 1/29/2018

Penulis: Redaksi Manado 2017

RedaksiManado.Com : Situs Media Online yang menyajikan berita secara umum baik Internasional, Nasional dan Khususnya di Sulawesi Utara
«
Berikutnya
Posting Lebih Baru
»
Sebelumnya
Posting Lama

Tidak ada komentar: