MINSEL Redaksimanado.com - Ratusan warga masyarakat petani captikus asal Minahasa Selatan (Minsel) mendatangi gedung DPRD Kab.Minsel.Senin (04/12/17),dalamrangka untuk menyampaikan aspirasi nya, terkait penutupan pabrik - pabrik penampung captikus di manado.
Menurut mereka produksi captikus yang di hasilkan masyarakat petani akan menjadi mubasir, dikarenakan tidak ada pembelinya dalam hal ini pabrik - pabrik penampung di manado.
Kedatangan para petani Captikus ini diterima oleh beberapa anggota DPRD Kab. Minsel diantaranya, Benny Marentek, Ronald Pinasang, Joppy Mongkaren, Wekly Liwe, Djen Lamia, dan Salman Katili.
Para anggota dewan pun berjanji akan mengawal serta menindak-lanjuti aspiarasi ini, menurut mereka semoga sebelum perayaan Natal dan Tahun Baru, sudah ada hasilnya. Karena ini semua menyangkut kepentingan dan kebutuhan warga masyarakat petani captikus akan secepat nya ditindak lanjuti.
Harto Paat seorang petani Captikus yang sekaligus juga salah satu koordinator lapangan dalam penyampaian aspirasi ini mengatakan bahwa saat ini, baik itu petani maupun pengumpul tak bisa berbuat apa-apa, karena hasil captikus tak bisa dipasarkan alias mubasir, dikarenakan adanya penutupan pengoperasian pabrik minuman yang berbahan dasar captikus oleh pihak bea cukai.
“Dengan tidak bisa dipasarkannya Captikus ini, otomatis perekonomian para keluarga yang menggantungkan mata pencariannnya dari mengolah captikus menjadi menurun, apalagi saat ini, sudah memasuki bulan Desember yang sebentar lagi umat nasrani akan merayakan Natal dan menyongsong Tahun Baru, yang tentunya sangat membutuhkan dana ekstra untuk menyambut hari raya tersebut.” Ucap Harto Paat.
Iapun menambahkan, Minsel merupakan salah satu tempat produksi captikus terbesar di Sulawesi Utara, bahkan di Indonesia, dan Captikus ini merupakan minuman tradisional bagi warga, jadi ia berharap kepada para anggota dewan, agar menyampaikan aspirasi mereka ke pemerintah pusat, dalam hal ini Bea Cukai untuk dengan suatu regulasi atau kebijakan, dapat memudahkan para petani capikus dalam pemasarannya.
“Sudah banyak para sarjana, bahkan pejabat-pejabat yang berhasil, yang biaya pendidikannya diambil dari hasil penjualan Captikus. Jadi mohon ini segera ditindak lanjuti.” jelas Paat.
(Hezky)
Menurut mereka produksi captikus yang di hasilkan masyarakat petani akan menjadi mubasir, dikarenakan tidak ada pembelinya dalam hal ini pabrik - pabrik penampung di manado.
Kedatangan para petani Captikus ini diterima oleh beberapa anggota DPRD Kab. Minsel diantaranya, Benny Marentek, Ronald Pinasang, Joppy Mongkaren, Wekly Liwe, Djen Lamia, dan Salman Katili.
Para anggota dewan pun berjanji akan mengawal serta menindak-lanjuti aspiarasi ini, menurut mereka semoga sebelum perayaan Natal dan Tahun Baru, sudah ada hasilnya. Karena ini semua menyangkut kepentingan dan kebutuhan warga masyarakat petani captikus akan secepat nya ditindak lanjuti.
Harto Paat seorang petani Captikus yang sekaligus juga salah satu koordinator lapangan dalam penyampaian aspirasi ini mengatakan bahwa saat ini, baik itu petani maupun pengumpul tak bisa berbuat apa-apa, karena hasil captikus tak bisa dipasarkan alias mubasir, dikarenakan adanya penutupan pengoperasian pabrik minuman yang berbahan dasar captikus oleh pihak bea cukai.
“Dengan tidak bisa dipasarkannya Captikus ini, otomatis perekonomian para keluarga yang menggantungkan mata pencariannnya dari mengolah captikus menjadi menurun, apalagi saat ini, sudah memasuki bulan Desember yang sebentar lagi umat nasrani akan merayakan Natal dan menyongsong Tahun Baru, yang tentunya sangat membutuhkan dana ekstra untuk menyambut hari raya tersebut.” Ucap Harto Paat.
Iapun menambahkan, Minsel merupakan salah satu tempat produksi captikus terbesar di Sulawesi Utara, bahkan di Indonesia, dan Captikus ini merupakan minuman tradisional bagi warga, jadi ia berharap kepada para anggota dewan, agar menyampaikan aspirasi mereka ke pemerintah pusat, dalam hal ini Bea Cukai untuk dengan suatu regulasi atau kebijakan, dapat memudahkan para petani capikus dalam pemasarannya.
“Sudah banyak para sarjana, bahkan pejabat-pejabat yang berhasil, yang biaya pendidikannya diambil dari hasil penjualan Captikus. Jadi mohon ini segera ditindak lanjuti.” jelas Paat.
(Hezky)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar