Jakarta,Redaksi Manado.Com~Peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh setiap 23 Juli menjadi momen untuk kembali memberi perhatian lebih pada anak-anak. Diperingati sejak 1984 berdasar Keppres No 44, HAN tahun ini dirayakan lewat agenda Forum Anak Nasional dengan tema 'Cinta Tanah Air Melalui Kebhinnekaan dalam Keberagaman Budaya Menuju Persaudaraan dan Kerukunan.'
Tema ini menjadi bersesuaian dan penting mengingat dalam beberapa waktu terakhir kerap terjadi aksi kekerasan atau bullying yang menimpa anak-anak. Dari tingkat sekolah dasar, menengah pertama hingga menengah atas.
Di antara kasus bully yang menonjol dan mendapat sorotan itu yakni penindasan terhadap siswa SMP di Thamrin City, Jakarta, pekan lalu. Selang waktu yang tak lama, kasus bullying juga terjadi di salah satu kampus di Universitas Gunadarma yang menimpa mahasiswa berkebutuhan khusus.
Jauh sebelum keduanya, sejumlah kasus bullying kerap terjadi di sekolah-sekolah. Ada yang dilaporkan, ada juga yang mendiamkan dan terpendam tak muncul ke permukaan.
Tak hanya bullying fisik, verbal dan non verbal, kasus bullying via internet atau dikenal dengan cyber-bullying juga menimpa anak-anak. Salah satu yang mencuat dan mencuri perhatian publik ketika itu menimpa Afi Nihaya Faradisa, siswa salah satu sekolah menengah atas Jawa Timur. Ia dibully karena tulisannya yang diterbitkan di Facebook menyentil isu keberagaman, dan ada juga yang menudingnya plagiat.
Persoalannya kemudian, seperti diungkapkan Psikolog Andri, dari RS OMNI Alam Sutera Tangerang, pemahaman akan bullying dan bentuknya masih minim di kalangan masyarakat.
"Bahkan ada yang menonton saja, tak melerai, lalu merekamnya seolah ingin mempertontonkan subjek ke publik lebih luas," ungkapnya saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Tidak hanya itu. Beberapa orang juga kemudian secara tidak sadar melakukan bentuk bully yang lain pada pelaku. Seperti mencari foto profil, mengunggahnya lalu memberi komentas pedas pada pelaku. Lingkaran ini seolah tidak ada habisnya, dan terus terjadi.
Ungkapan Andri bersesuaian dengan poling yang dilakukan CNNIndonesia.com, pekan lalu.
Survei via media sosial itu mengetengahkan pertanyaan: "Apakah Anda tahu kalau menonton atau tak melerai aksi bullying termasuk kategori bullying non-verbal?"
Dari survei diketahui ada 58 persen koresponden tahu, akan tetapi ada 42 persen yang tidak tahu.
Hasil ini menunjukkan hampir separuh responden tidak tahu bahwa tak berbuat apa-apa ketika bullying terjadi adalah termasuk pembiaran, dan jenis bullying non verbal.
Menurut sejumlah sumber, setidaknya ada lima jenis bulying yang terjadi saat ini di lingkungan masyarakat.
Kelima jenis itu yakni, bullying jenis verbal dan non verbal, fisik, relasional dan cyber-bullying. Bullying jenis verbal lebih mengarah pada bentuk kekerasan lewat kata-kata seperti hinaan, cacian, atau makian. Sementara, non-verbal bisa berupa mengucilkan, mengejek lewat bahasa tubuh, atau pembiaran. Bullying fisik menjadi yang paling mudah diidentifikasi karena tampak kasat mata seperti memukul, menjambak, dan lainnya.
Bullying jenis relasional lebih pada hubungan dengan orang lain, seperti bersifat menjelek-jelekkan pada orang sekitar. Sedangkan cyber-bullying berkaitan dengan tindakan negatif yang menyerang terus menerus lewat media sosial, pesan pendek atau surat kaleng.(cnn/red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar