BANDUNG, RedaksiManado.Com - Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil
meradang dengan merebaknya isu di media sosial, terkait penerbitan 300
surat izin pembangunan rumah ibadah nonmuslim sepanjang dirinya menjabat
sebagai wali kota. Kegeraman Emil lantaran isu tersebut mencuat saat
dirinya digadang-gadang masuk bursa Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar
2018.
Pria yang akrab disapa Emil ini merasa difitnah dengan munculnya isu tersebut. Menurutnya sepanjang dirinya menjadi wali kota, pihaknya baru mengeluarkan 10 izin rumah ibadah yang terdiri dari lima masjid, tiga gereja dan dua vihara.
"Saya sudah teliti itu informasi dari Kesbangpol yang terdahulu. Sudah diklarifikasi maka saya sampaikan. Definisi fitnah itu sudah diklarifikasi, per kemarin masih beredar karena situasi politiking-politiking. Jadi bukan kekeliruan di situnya, tapi penggunaan informasi yang sudah diklarifikasi masih juga disebarluaskan oleh pihak-pihak tertentu. Sampai tadi malam beredar bahasa bahasa seperti itu, jadi saya luruskan," ujar Emil kepada wartawan saat ditemui seusai mengisi acara di Masjid Al Ukhuwah.
Emil meyakini jika isu SARA yang dihembuskan tersebut berkaitan dengan pencalonannya dalam Pilgub Jabar. Sebab isu tersebut dihembuskan oleh orang-orang dari partai politik.
"Karena (fitnah itu) datang dari mulut-mulut ketua partai. Karena datangnya dari sana dan tadi malam informasinya. Padahal sudah diklarifikasi dua minggu lalu masih terus beredar dan diembus-embuskan, maka masuk definisi difitnah," ucap Emil tanpa menyebut ketua partai yang dimaksud menyebar fitnah.
Emil mengaku bahwa dirinya sudah memberikan klarifikasi dan menegaskan bahwa isu SARA yang beredar di media sosial merupakan fitnah. Dia mencontohkan salah satu fitnah yang dialamatkan kepadanya yakni terkait penerbitan izin rumah ibadah nonmuslim yang disebut akan semakin banyak jika dirinya menduduki kursi Jabar 1.
"Bahasanya juga lebay. Nanti jumlahnya ribu-ribu 'cenah kitu' (katanya begitu). Jadi bahasa fitnahnya itu 300 per tahun, berarti kalau nanti Pa Wali (jadi Gubernur) jumlahnya ribu-ribu begitu katanya," ungkapnya.
Emil pun berharap pelaksanaan Pilkada Jawa Barat tidak dipenuhi isu SARA. Dia ingin agar pelaksanaan pesta demokrasi dilakukan secara santun yakni menang lewat gagasan bukan dengan memaki orang.Kekhawatiran arsitek tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, Pilgub DKI yang berlangsung dua putaran kental dengan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). [Alen]
Pria yang akrab disapa Emil ini merasa difitnah dengan munculnya isu tersebut. Menurutnya sepanjang dirinya menjadi wali kota, pihaknya baru mengeluarkan 10 izin rumah ibadah yang terdiri dari lima masjid, tiga gereja dan dua vihara.
"Saya sudah teliti itu informasi dari Kesbangpol yang terdahulu. Sudah diklarifikasi maka saya sampaikan. Definisi fitnah itu sudah diklarifikasi, per kemarin masih beredar karena situasi politiking-politiking. Jadi bukan kekeliruan di situnya, tapi penggunaan informasi yang sudah diklarifikasi masih juga disebarluaskan oleh pihak-pihak tertentu. Sampai tadi malam beredar bahasa bahasa seperti itu, jadi saya luruskan," ujar Emil kepada wartawan saat ditemui seusai mengisi acara di Masjid Al Ukhuwah.
Emil meyakini jika isu SARA yang dihembuskan tersebut berkaitan dengan pencalonannya dalam Pilgub Jabar. Sebab isu tersebut dihembuskan oleh orang-orang dari partai politik.
"Karena (fitnah itu) datang dari mulut-mulut ketua partai. Karena datangnya dari sana dan tadi malam informasinya. Padahal sudah diklarifikasi dua minggu lalu masih terus beredar dan diembus-embuskan, maka masuk definisi difitnah," ucap Emil tanpa menyebut ketua partai yang dimaksud menyebar fitnah.
Emil mengaku bahwa dirinya sudah memberikan klarifikasi dan menegaskan bahwa isu SARA yang beredar di media sosial merupakan fitnah. Dia mencontohkan salah satu fitnah yang dialamatkan kepadanya yakni terkait penerbitan izin rumah ibadah nonmuslim yang disebut akan semakin banyak jika dirinya menduduki kursi Jabar 1.
"Bahasanya juga lebay. Nanti jumlahnya ribu-ribu 'cenah kitu' (katanya begitu). Jadi bahasa fitnahnya itu 300 per tahun, berarti kalau nanti Pa Wali (jadi Gubernur) jumlahnya ribu-ribu begitu katanya," ungkapnya.
Emil pun berharap pelaksanaan Pilkada Jawa Barat tidak dipenuhi isu SARA. Dia ingin agar pelaksanaan pesta demokrasi dilakukan secara santun yakni menang lewat gagasan bukan dengan memaki orang.Kekhawatiran arsitek tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, Pilgub DKI yang berlangsung dua putaran kental dengan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). [Alen]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar