RS Siloam Buka-bukaan Soal Limbah

MANADO, RedaksiManado.Com - Merasa benar dan berpegang alasan kuat atas dasar-dasar syarat dan hukum kuat dalam melakukan Rumah Sakit (RS) Siloam Manado yang merupakan RS berstandarisasi Internasional dan bangunannya gabung seatap (satu bangunan) dengan Hotel Aryaduta pun berani 'pasang badan dan buka-bukaan' akan semua permasaalahan limbah medis yang dikenal berbahaya jika terjadi pencemaran, sehingga Siloam 'mengungkap' juga bahwa keberadaan semua RS (Kandouw Malalayang, Teling, Pancaran Kasih dan RS lain,red) di wilayah Sulawesi Utara (Sulut) bermasalah dengan hal itu (limbah medis), dan untuk Instalasi Pengelolaan Limbah (IPAL) RS Siloam memiliki satu tempat (gabung dengan limbah cair hotel dan rumah sakit, tapi diskat,red).

"Untuk semua limbah cairnya masuk kesatu tempat pengelolaan limbah 'Unairob dan Airob' yang ada 10 skat dan diberproses ke sistem Biodetok artinya kuman makan kuman (kita berikan kuman,red) dicernakan setelah itu dilanjutkan ke tempat STP (tempat memberikan oksigen agar kuman-kuman tidak mati) yang pada akhirnya kita dibuang kesaluran kota (got/selokan)," terang Bagian Teknisi RS Siloam, Purnomo yang juga didampingi Bagian Umum, Geani dan Lisa, Rabu (01/03).

Dimana ditambahkan Purnomo bahwa untuk pengelolaan limbah medis itu pada sekarang ini bekerja sama dengan pihak ketiga yakni, Puskesmas Paniki Bawah.

"Kita yang kena aturannya soal lingkungan pemasangan Insinerator (Alat pengelolaan pemusnahan limbah B3 rumas sakit,red) karena harus radius 500 meter dari pemukiman  dan kita masuk. Jadi kita harus gunakan pihak ketiga, padahal itu (Insinerator) salah satu fasilitas persyaratannya berdirinya rumah sakit tapi kita tidak diberikan izin oleh pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH mulai sejak tahun 2012 lalu) yang alasannya juga tidak tau dan tidak ada solusi," jelasnya. (RS)