Tomohon, RedaksiManado.Com – Kondisi ruas jalan penghubung utama Kota Manado–Tomohon terus mendapat keluhan masyarakat karena semakin parah dan mengancam keselamatan pengguna jalan. Erwin Podu, warga Bolaang Mongondow mengaku terkejut melihat kodisi ruas jalan yang jadi nadi utama perekonomian dari dan ibu kota Provinsi Sulut ke beberapa kabupaten kota sebelah Selatan. “Setiap tahun ternyata tambah parah, terbengkalai karena tak ada perbaikan samasekali,” katanya kepada wartawan di Tomohon, Minggu (19/03).
Ia mengatakan, sekitar 2011 silam telah terdengar ruas jalan dari Kota Manado menuju kabupaten dan kota hinterland utamanya, Tomohon, Minahasa dan Minahasa Tenggara (Mitra) akan dilebarkan dan bahkan dibuatkan jalan baru untuk memperpendek jarak dengan Kota Tomohon.
“Setahu saya, jaraknya yang sekitar 30 kilometer akan diperpendek tinggal sekitar 20 kilometer dengan memotong bukit-bukit. Panitia pembebasan tanahnya pun, sudah ada pada tahun 2011, tapi ternyata hanya begini terus dan malah semakin mengancam keselamatan pengguna jalannya,” papar dia.
Pada Tahun 2011 telah dibentuk panitia pembebasan lahan untuk mewujudkan program tersebut. Ketuanya, adalah, Drs Meki Onibala, yang ketika itu menjabat Asisten I Setprov Sulut. Belum sempat direalisasikan, tiba-tiba terjadi musibah tanah longsor besar pada dua titik medio Januari 2013. Dua jembatan pun terpaksa harus dibangun.
Longsor kembali terjadi pada awal tahun ini yang menyebabkan ruas jalan tersebut kembali ditutup beberapa saat. “Melihat keadaannya sekarang ini, ruas jalan ini tetap tidak aman. Pelintas jalan masih dihantui dengan kemungkinan longsor susulan,” kata Podu.
“Saya pun, ketika lewat di sini, biar tidak hujan tetap terus waspada jangan sampai batu-batu di atas sana jatuh,” ujar Max dan Berty, dua sopir angkutan umum ketika secara terpisah ditumpangi wartawan melintas di jalan Maruasey, wilayah Kelurahan Tinoor, Kecamatan Tomohon Utara.
Selain ancaman longsor, kondisi jalan Manado-Tomohon juga dinilai tidak layak lagi sebagai jalan nasional. Kerusakan terparah berada di wilayah Kabupaten Minahasa.
“Kalau jalan di wilayah Tomohon masih mendingan tapi di wilayah Minahasa sudah cukup parah,” ujar Stenly, sopir angkutan umum lainnya. Untuk itulah mereka senada mengharapkan agar pemerintah memperhatikan keberadaan ruas jalan tersebut.
“Kalau memang tidak jadi diperpendek dengan memotong bukit-bukit, tolong tata saja tebing-tebing yang berpotensi longsor dan perbaiki saja jalannya, jangan dibiarkan rusak terus seperti ini,” imbuh Berty. ***(Cr)