Oleh : Ronald Gampu
Editor : Ronald Gampu
Semangat Pemkab Minahasa Utara untuk membangun berbagai sarana prasarana objek pariwisata terlihat begitu antusias. Tak tanggung-tanggung semangat itupun diwujudkan dengan melakukan kunjungan keluar negeri terutama negara-negara Eropah.
Promosi besar-besaranpun digenjot dengan mengeluarkan budget anggaran APBD 2014 dan 2015 yang tidak sedikit, menjadi bukti keseriusan Pemkab Minut. Antusiasme, promosi inipun berimplikasi pada pengucuran anggaran yang tidak sedikit.
Akibatnya para pelaku pariwisata baik pelaku budaya, pelaku seni, serta pemangku kebijakan ikut mengkritisi keberangkatan tim kesenian Minut yang konon sudah menghabiskan dana miliaran rupiah.
Jujur saja saya katakan, potensi pariwisata di Minut memang terlihat sungguh menggiurkan. Bentangan wilayah pesisir Kema, Likupang dan Wori yang kaya dengan pantai dan laut nan indah berpadu menjadi wisata bahari yang tiada tandingannya.
Sebut saja pantai Tarabitan dengan La Mery Resort, Pulau Lihaga yang di juluki ‘The North Minahasa Paradise’, Kema dengan Batunona Resort serta pasir putih nan indah disepanjang pantai Wori yang tersebar di pulau-pulau.
Belum lagi potensi perikanan yang juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing.
Inipun masih ditambah dengan deretan situs purbakala seperti kuburan batu ‘Waruga’ yang unik dan eksklusif yang tidak terdapat di Provinsi lain. Kuburan-kuburan kuno dengan cerita unik pada masing-masing waruga ini tidak kalah menarik dengan kuburan Tana Toraja yang ada di Sulawesi Selatan. Kuburan batu ini merupakan gambaran kehidupan purbakala di tanah Tonsea.
Potensi pariwisata Minut tidak berhenti sampai disana sebab keragaman seni budaya ikut menambah kekayaan aroma wisata di Minut. Tarian Tumetenden, Liliroyor Tatembaken menjadi representasi kehidupan etnis Tonsea yang sampai saat ini masih eksis di Wanua-Wanua Minut.
Kekayaan ritual di tanah Tonsea seperti ‘Tulude’ dan ‘Kaweng Kampung’ yang banyak mengandung spirit keagamaan, menambah kaya pesona wisata setiap orang yang menyaksikannya. Semua ini masih ditambah dengan objek ‘Kaki Dian’ yang dilabeli wisata religius. Lengkaplah sudah, meskipun belum sempurna.
Dengan seabrek kekayaan wisata ini, sudah layaklah Pemkab Minut mencanangkan program ‘Tourist Destination 2015 yng selangkah lagi sudah berakhir’
Tapi apa gerangan Multipleyer effeknya untuk Kabupaten Minahasa Utara ? Semua potensi inipun berbanding terbalik dengan kekayaan wisata dan promosi besar-besaran yang sudah dilakukan. Keberadaan infrastruktur pariwisata Minut sangatlah tidak memadai. Sebab boleh dikatakan, tidak ada satupun sarana wisata bahari yang diperhatikan ataupun dibangun.
Menurut catatan kami, semua tujuan wisata pantai representatif yang ada di Minut mulai dari Wori sampai Kema semuanya dimiliki oleh pihak swasta.
Sementara satu-satunya objek wisata yang dibangun pemerintah hanyalah ‘Kaki Dian’ yang dilabeli obyek wisata religius yang terletak di lereng gunung Klabat. Itupun belum menunjukan progres yang meningkat dalam hal kunjungan turis Lokal maupun Mancanegara. Bahkan tempat ini diduga sering dijadikan "Sarang" memadu kasih bagi muda-mudi untuk mencapai orgasme.
Harus diakui, masih banyak potensi objek wisata Minut yang tersebar dibeberapa wilayah yang bernilai sejarah maupun dengan kenekaragaman keindahan.
Saat kami berkunjung Benteng Tua di Kema, Batu Konde di Tumaluntung, Air terjun dan Baturaja di Desa Batu. Itu merupakan nomenklatur yang belum pernah di sentuh APBD. Sementara obyek wisata Pemandian Tumetenden dan Waruga di Airmadidi Bawah masih dikelola oleh Pemerintah Provinsi. Memiriskan memang, seharusnya pemkab minut lebih getol memaksimalkan pemanfaatan semua potensi ini.
Akankah Daerah Tujuan Wisata atau lebih keren disebut "Tourist Destination 2015 sudah terwujud ataukah hanya menjadi "Lips Service" semata.
Terlalu banyak hal yang diabaikan. Salah satu contoh, sambut destinasi wisata tahun 2015 yaang akana segera berakhir masih banyak infrastrukutur pariwisata yang porak poranda yang nota bene belum tersentuh., Kalaupun sektor priwisata ingin maju, mari semua stake holder membuka akses menuju tempat wisata, bangun resort serta cottage, undang investor asing ,membangun hotel, bina industri kuliner dekat tempat wisata bila perlu berikan subsidi jangan hanya dihabiskan untuk berpelesir kedunia luar.
Semua potensi wisata ini bila ‘dikawinkan’ dengan panggung seni budaya religius yang kaya makna pasti akan membuahkan hasil. Kita tidak perlu studi banding dan promosi sampai ke Eropa, London,Barcelona dan England. Mari kita belajar Management pengelolaan pariwisata seperti yang ada di tanah Lot Bali.
Mari kita promosikan semua Pariwisata Minut pada turis mancanegara di Bali,apabila kita setengah hati membangun daerah.
Promosi yang gencar tidak akan membawa hasil bila kita setengah hati membangun daerah. Arah pembangunan pariwisata Minut saat ini sangat condong ke sumber daya manusia (SDM). Meskipun terlihat berlebihan dalam seremonial hal ini cukup membuahkan hasil. Pembinaan SDM, seperti pemilihan putri-putri Pariwisata 2015, Utu-Keke. sepertinya belum dapat menjamin majunya pariwisata daerah. Demikian pula dengan seminar-seminar budaya dan pariwisata yang digelar. Semua ini akan menjadi tidak berfaedah saat tahun 2015 tiba, sebab kunjungan wisata di Minut tidak menunjukan progress yang baik.
Kalangan pemerhati pariwisata serta budayawan Minut menilai dan merasa pesimis dengan paruh waktu yang hanya tersisa sebulan lebih apakah ‘Tourist Destination 2015’ akan terwujud ataukah hanya sebatas ‘surga telinga 2015’. Sepertinya ajang ikon "mantanl Bupati Minut Drs Sompie SF Singal MBA bertajuk "Tourist Destination" ini harus di undur lagi sampai tahun 2016 atau bahkan pada tahun 2017. Sebab ditahun 2015 ini yang dapat ditawarkan pemerintah Minut hanyalah, tujuan wisata seadanya. Sebab sampai saat ini Minut belum memiliki paket wisata yang dapat dijual kepada wisatawan.
Paket wisata dimaksud adalah, tujuan wisata yang sudah terjadwal ke beberapa tempat wisata dengan akomodasi yang memadai yang dilengkapi dengan guide (pemandu wisata) profesional yang dikelola oleh tour and travel.
"Bagaimana mau sambut kunjungan wisata, kalau sarana infrastruktur disebagian besar objek priwisata saja banyak rusak parah," ucap tokoh budaya Minut Hans Bokong tokoh budaya Minut.
Kedepan mungkin Minut harus memiliki sekolah khusus yang melatih tenaga pramuwisata yang dapat diambil dari para siswa SMU yang mahir berbahasa asing ataupun Tonsea agar budaya dan pariwisata kita bisa lebih maju selangkah didepan .
Semoga saja angan-angan dan maksud baik seluruh element masyarakat itu bisa tercapai pada tahun 2015 ini maupun 2016 mendatang, kita lihat saja nanti. (Ogam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar