SULUT, Redaksi Manado.Com -- Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey yang diwakili Sekretaris Daerah Provinsi Edwin Silangen menghadiri acara '28th Workshop on Managing Potential Conflicts in the South China Sea' di Gedung CTI Center Manado, Minggu (9/9/18).
Dalam sambutannya dihadapan peserta negara partisipan, Gubernur Olly mengapresiasi pentingnya kegiatan tersebut oleh karena Pemprov Sulut terus menempatkan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor penggerak pembangunan.
"Sebagaimana tercantum dalam poin pertama sapta cita pembangunan daerah 2016 - 2021, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan memperkuat sektor kemaritiman, selain itu karena Pemerintah Daerah sedang berupaya menjadikan Sulut sebagai salah satu pintu gerbang di Kawasan Timur Indonesia," beber Gubernur.
Lebih lanjut dirinya berharap agar workshop yang telah diselenggarakan sejak tahun 1990 ini dapat berdampak positif bagi perdamaian dan stabilitas di wilayah Laut Cina Selatan.
"Jika kegiatan ini dioptimalkan bersama, akan semakin memampukan kita dalam mensolusikan berbagai permasalahan teknis terkait perikanan, studi keanekaragaman hayati, database kelautan, permukaan air laut, pemantauan gelombang pasang, lingkungan laut, pendidikan dan pelatihan laut, serta data hidrologi, yang kesemuanya itu dapat berdampak positif bagi perdamaian dan stabilitas di wilayah Laut China Selatan," papar Gubernur yang disampaikan Sekprov Silangen.
Diketahui, workshop yang merupakan inisiatif Indonesia ini diselenggarakan setiap tahunnya di Indonesia dan dihadiri oleh 11 Participating Parties dari kawasan Laut China Selatan (LCS) seperti Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Indonesia, Lao PDR, Malaysia, RRC, Singapura, Thailand, Vietnam dan Chinese-Taipei.
Sebagai negara yang tidak terlibat dalam klaim tumpang-tindih di Laut China Selatan. Indonesia mengambil inisiatif untuk memberikan kontribusi bagi penciptaan situasi yang kondusif di kawasan Laut China Selatan dengan mengalihkan potensi konflik di kawasan tersebut menjadi potensi kerjasama yang dapat menguntungkan semua pihak.
Karenanya, workshop LCS dimaksudkan sebagai bagian dari diplomasi preventif polugri Indonesia, melalui pengupayaan Confidence Building Measures dalam kerjasama di berbagai bidang yang bersifat non-sensitif dan teknis antara lain penelitian ilmiah kelautan dan perlindungan lingkungan laut.(SE)
Dalam sambutannya dihadapan peserta negara partisipan, Gubernur Olly mengapresiasi pentingnya kegiatan tersebut oleh karena Pemprov Sulut terus menempatkan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor penggerak pembangunan.
"Sebagaimana tercantum dalam poin pertama sapta cita pembangunan daerah 2016 - 2021, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan memperkuat sektor kemaritiman, selain itu karena Pemerintah Daerah sedang berupaya menjadikan Sulut sebagai salah satu pintu gerbang di Kawasan Timur Indonesia," beber Gubernur.
Lebih lanjut dirinya berharap agar workshop yang telah diselenggarakan sejak tahun 1990 ini dapat berdampak positif bagi perdamaian dan stabilitas di wilayah Laut Cina Selatan.
"Jika kegiatan ini dioptimalkan bersama, akan semakin memampukan kita dalam mensolusikan berbagai permasalahan teknis terkait perikanan, studi keanekaragaman hayati, database kelautan, permukaan air laut, pemantauan gelombang pasang, lingkungan laut, pendidikan dan pelatihan laut, serta data hidrologi, yang kesemuanya itu dapat berdampak positif bagi perdamaian dan stabilitas di wilayah Laut China Selatan," papar Gubernur yang disampaikan Sekprov Silangen.
Diketahui, workshop yang merupakan inisiatif Indonesia ini diselenggarakan setiap tahunnya di Indonesia dan dihadiri oleh 11 Participating Parties dari kawasan Laut China Selatan (LCS) seperti Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Indonesia, Lao PDR, Malaysia, RRC, Singapura, Thailand, Vietnam dan Chinese-Taipei.
Sebagai negara yang tidak terlibat dalam klaim tumpang-tindih di Laut China Selatan. Indonesia mengambil inisiatif untuk memberikan kontribusi bagi penciptaan situasi yang kondusif di kawasan Laut China Selatan dengan mengalihkan potensi konflik di kawasan tersebut menjadi potensi kerjasama yang dapat menguntungkan semua pihak.
Karenanya, workshop LCS dimaksudkan sebagai bagian dari diplomasi preventif polugri Indonesia, melalui pengupayaan Confidence Building Measures dalam kerjasama di berbagai bidang yang bersifat non-sensitif dan teknis antara lain penelitian ilmiah kelautan dan perlindungan lingkungan laut.(SE)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar