JAKARTA, RedaksiManado.Com - Pemutaran kembali film G30S/PKI menuai komentar dari berbagai pihak, salah satunya sutradara Hanung Bramantyo.Dalam akun twitternya, suami dari Zaskia Adya Mecca ini membuat 22 twit mengenai pemutaran film buatan Arifin C. Noer ini.
“Lagi
rame polemik Film G30S/PKI yg mau ditayangkan lagi di TV. Hmm menarik.
Komentar ah! Film G30S/PKI dibuat sutradara Arifin C Noor. Serius bgt
bikinya dan estetik. Soal akurat ato tidak itu urusan lain,” tulis
Hanung sebagai permulaan.
“Namanya
juga film Saya ngefans bgt ama Film G30S karena unsur sinematik
didalamnya sangat kaya dan cerdas. Aktor2 yg memerankan sangat
meyakinkan. Kalo tujuan Film G30S diputar lagi biar penonton paham
peristiwa sebenernya di malam 30 sept 65. Menurut sy kok gak tepat yah,”
sambung Hanung.
Kemudian sutradara
yang sudah menggarap film laku itu menguraikan alasannya. "1. Film
adalah Realitas yang diciptakan. BUKAN realitas sebenarnya. Dia
diciptakan oleh Producer-Sutradara-Penulis Skenario. 2. Sejak awal
penemuannya Film selain diyakin sbg temuan teknologi juga diyakini sbg
SENI MENGELABUHI ( TRICK ) penonton."
"3. Tengok Link ini https://youtu.be/R0jm6j3s_uE
atau. 4. Sbg Realitas yang diciptakan, Film harus Subyektif. Siapa
Jagoan (protagonis) dan Lawan (Antagonis) harus terbaca jelas oleh
penonton. 5. Jagoan atau Lawan bisa perseorangan ato kelompok. Seperti
Avenger, Three Musketer, dsb. Demikian halnya dengan Lawan."
"6.
Film disebut Realitas Yang Subyektif juga terlihat dari begaimana dia
Membingkai peristiwa ( Framing ). 7. Kehidupan ( Realitas ) yg tersaji
dalam byk peristiwa tsb dipilih sesuai dengan VISI Eksekutif Producer dg
tujuan tertentu. 8. Tujuan tertentu itu bisa murni bisnis, atau
membentuk opini tertentu. Seperti yg dilakukan Hitler ato Jepang dg
film2 Propagandanya."
"9. Eksekutif
Producer kemudian meminta Producer untuk merealisasikan VISINYA.
Mengemasnya secara kreatif dan entertaining. 10. Producer lalu memilih
Penulis Skenario untuk menuliskan Visi dari eksekutif producer tsb, lalu
di HIDUP kan oleh Sutradara ke layar. 11. Lewat tangan
Sutradara-Producer-Penulis, Aktor dipilih, Set dibangun. Lalu direkam.
woala! Realitas tercipta dalam Layar."
"12. Oh ya, ditambah music atau Narasi
agar lebih tergambar nuansa dramatisnya. 13. Realitas tsb membentuk
sudut pandang. Subyektifitas tergambar. Itu yang DIAPRESIASI. Bukan
semata-mata DIPERCAYAI. 14. Pandangan ini, buat sy, berlaku untuk semua
jenis FILM. Fiksi, sejarah, Non-Fiksi. Termasuk doku-drama seperti Film
G30S/PKI. 15. Pembuat Film berhak m'klaim Sudut Pandang tersebut akurat.
Sesuai data. didukung sejarawan kelas Wahid. Itu SAH bianget!!."
"16.
Itu memang tanggung jawabnya untuk meyakinkan penonton agar menonton
film tersebut. 17. Jadi kalo Film G30S diputar lagi, anggap aja seperti
sinetron Re-Run kayak tersanjung . Kalo ndak suka ya matikan saja TV
nya. 18. Buat saya, gak ada yg salah di Film G30S. Karena Visi Eksekutif
Producernya jelas. Membuat penonton membenci PKI dan memuja orde baru."
"19. Sbg Sutradara, Arifin berhasil
menyajikan Horor di Lubang Buaya. Tentunya berdasar sudut pandang
Eksekutif Producer ( Orde Baru ). 20. Terus terang kalo ampe sekarang
kalo saya nonton sendirian juga masih keder. 21. Kalo ada yg terganggu
dg Subyektifitas di Film G30S ya silakan bikin versi lain. Itulah
Demokrasi. (Eh?Kita msh demokrasi gak sih?
“Demikian
pandangan saya soal film G30S yg mau tayang. Gak penting sih. Tapi
biarin deh, lama gak nggambleh di Twiter soalnya,” tutup Hanung.(Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar