MARAWI, RedaksiManado.Com .- Upaya militer Filipina untuk mengenyahkan kelompok pro-ISIS di
Marawi masih belum juga berhasil. Kelompok tersebut telah menguasai
kota yang penduduknya mayoritas Muslim itu sejak 23 Mei 2017 lalu.
Jumlah korban tewas akibat perang melawan ISIS di Marawi masih terus bertambah. Reuters dan Aljazeera, pada Rabu 28 Juni 2017 melaporkan, penemuan 17 jenazah tanpa kepala di Marawi menunjukkan bahwa kelompok pro-ISIS telah memenggal sejumlah tahanan sipil. "Apa yang mereka lakukan adalah keinginan untuk terus membunuh dan merusak. Cara pembunuhan yang dilakukan sangat brutal," ujar Presiden Filipina Rodrigo Duterte di sela-sela acara penerimaan bantuan senjata api dari Tiongkok.
Duterte menyatakan, kelompok pro-ISIS Maute senang memnggal orang di depan kamera.
Duterte juga mengungkapkan bahwa pemerintah Filipina kini harus siap menghadapi pertempuran yang akan memakan waktu lama mengalahkan kelompok Maute yang sejak setahun terakhir menyatakan setia kepada ISIS.
Pernyataan itu dilontarkan karena sebelumnya pemerintah sempat mengira pertempuran melawan ISIS di Marawi bisa diakhiri dalam waktu singkat. Kenyataanya, sudah lebih dari sebulan, kelompok pro-ISIS masih bertahan di Marawi.
"Sepertinya kelompok tersebut punya persediaan tak terbatas, termasuk senjata," ujar Duterte.
Kelompok pro-ISIS mampu bertahan karena mereka sangat mengenal situasi di Marawi, termasuk kawasan hutan dan wilayah terpencil. Selain itu, kelompok tersebut juga membangun banyak terowongan untuk melarikan diri, menyimpan logistic, dan juga senjata. Terowongan tersebut dibangun di dalam masjid yang tak terdeteksi militer setempat.
Selain pemahaman terhadap medan perang, kelompok pro-ISIS di Filipina juga mendapatkan bantuan dari kelompok dan individu ekstremis asing, termasuk dari Indonesia dan Timur Tengah.
Krisis di Marawi, sampai 28 Juni 2017 ini telah menewaskan 71 tentara pemerintah dan 299 anggota pro-ISIS. Sementara itu, lebih dari 300.000 warga Marawi terpaksa melarikan diri ke kota-kota di sekitarnya.
Begitu juga dengan kota tetangga Marawi, Iligan. Banyak warga setempat menampung para pengungsi Marawi kendati kondisi ekonomi mereka sangat miskin.
Sejauh ini, Filipina telah mendapatkan bantuan dari sejumlah negara ASEAN, khususnya yang berbatsan langsung dengan negara kepulauan tersebut. Malaysia, Filipina, dan Indonesia telah meluncurkan patroli gabungan di perairan Mindanao untuk menangkal ancaman dari kelompok ISIS. Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin Hussein mengatakan, selain menggelar patroli laut gabungan di perairan yang membatasi tiga negara, Malaysia juga akan melakukan patroli udara.
Sementara itu, Duterte telah menetapkan darurat militer di Mindanao guna merespons krisis yang terjadi.
Dia menyatakan bahwa serangan di Marawi merupakan permulaan kampanye besar ISIS untuk mendirikan basis di Filipina. BBC melaporkan, sejumlah pakar keamanan berkata ISIS sedang berencana mendirikan "provinsi" di Pulau Mindanao sebagai bagian dari upaya mendirikan kekhalifahan di Asia Tenggara.(TL/PR)
Jumlah korban tewas akibat perang melawan ISIS di Marawi masih terus bertambah. Reuters dan Aljazeera, pada Rabu 28 Juni 2017 melaporkan, penemuan 17 jenazah tanpa kepala di Marawi menunjukkan bahwa kelompok pro-ISIS telah memenggal sejumlah tahanan sipil. "Apa yang mereka lakukan adalah keinginan untuk terus membunuh dan merusak. Cara pembunuhan yang dilakukan sangat brutal," ujar Presiden Filipina Rodrigo Duterte di sela-sela acara penerimaan bantuan senjata api dari Tiongkok.
Duterte menyatakan, kelompok pro-ISIS Maute senang memnggal orang di depan kamera.
Duterte juga mengungkapkan bahwa pemerintah Filipina kini harus siap menghadapi pertempuran yang akan memakan waktu lama mengalahkan kelompok Maute yang sejak setahun terakhir menyatakan setia kepada ISIS.
Pernyataan itu dilontarkan karena sebelumnya pemerintah sempat mengira pertempuran melawan ISIS di Marawi bisa diakhiri dalam waktu singkat. Kenyataanya, sudah lebih dari sebulan, kelompok pro-ISIS masih bertahan di Marawi.
"Sepertinya kelompok tersebut punya persediaan tak terbatas, termasuk senjata," ujar Duterte.
Kelompok pro-ISIS mampu bertahan karena mereka sangat mengenal situasi di Marawi, termasuk kawasan hutan dan wilayah terpencil. Selain itu, kelompok tersebut juga membangun banyak terowongan untuk melarikan diri, menyimpan logistic, dan juga senjata. Terowongan tersebut dibangun di dalam masjid yang tak terdeteksi militer setempat.
Selain pemahaman terhadap medan perang, kelompok pro-ISIS di Filipina juga mendapatkan bantuan dari kelompok dan individu ekstremis asing, termasuk dari Indonesia dan Timur Tengah.
Krisis di Marawi, sampai 28 Juni 2017 ini telah menewaskan 71 tentara pemerintah dan 299 anggota pro-ISIS. Sementara itu, lebih dari 300.000 warga Marawi terpaksa melarikan diri ke kota-kota di sekitarnya.
Bantuan
Kelompok Maute dilaporkan membakar katedral dan menculik sejumlah pastur dan warga sipil yang sebagian dari mereka kini telah dipenggal. Mereka juga mendatangi dan mengintimidasi warga yang berbeda keyakinan dengan kelompok pro-ISIS tersebut. Tujuan kelompok Maute memecah belah warga di Marawi tak berhasil karena banyak warga Muslim Marawi yang melindungi warga Kristen setempat dengan menyembunyikan mereka di rumah.Begitu juga dengan kota tetangga Marawi, Iligan. Banyak warga setempat menampung para pengungsi Marawi kendati kondisi ekonomi mereka sangat miskin.
Sejauh ini, Filipina telah mendapatkan bantuan dari sejumlah negara ASEAN, khususnya yang berbatsan langsung dengan negara kepulauan tersebut. Malaysia, Filipina, dan Indonesia telah meluncurkan patroli gabungan di perairan Mindanao untuk menangkal ancaman dari kelompok ISIS. Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin Hussein mengatakan, selain menggelar patroli laut gabungan di perairan yang membatasi tiga negara, Malaysia juga akan melakukan patroli udara.
Sementara itu, Duterte telah menetapkan darurat militer di Mindanao guna merespons krisis yang terjadi.
Dia menyatakan bahwa serangan di Marawi merupakan permulaan kampanye besar ISIS untuk mendirikan basis di Filipina. BBC melaporkan, sejumlah pakar keamanan berkata ISIS sedang berencana mendirikan "provinsi" di Pulau Mindanao sebagai bagian dari upaya mendirikan kekhalifahan di Asia Tenggara.(TL/PR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar